This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Keutamaan Miskin

Keutamaan Miskin baca98.blogspot.com - Mengenai si miskin dan si kaya, maka dlm hal ni ada perinciannya. Dalam beberapa nash memang disebutkan tentang keutamaan kaum lemah (mustadl’afiin), fakir, dan miskin. Diantaranya adlh firman Allah ta’ala :
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ
Dan bersabarlah kamu bersama-sama dgn orang-orang yg menyeru kepada Tuhan-Nya di pagi hari dgn mengharap keridlaan-Nya dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka [QS. Al-Kahfi : 28].
Ibnu Katsiir rahimahullah menjelaskan maksud dari ayat tersebut adlh :
اجلس مع الذين يذكرون الله ويهللونه، ويحمدونه ويسبحونه ويكبرونه، ويسألونه بكرة وعشيًا من عباد الله، سواء كانوا فقراء أو أغنياء أو أقوياء أو ضعفاء. يقال: إنها نزلت في أشراف قريش، حين طلبوا من النبي صلى الله عليه وسلم أن يجلس معهم وحده ولا يجالسهم بضعفاء أصحابه كبلال وعمار وصهيب [وخباب] (4) وابن مسعود، وليفرد أولئك بمجلس على حدة. فنهاه الله عن ذلك، فقال: { وَلا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ } الآية [الأنعام:52] الآية، وأمره أن يصبر نفسه في الجلوس (6) مع هؤلاء، فقال: { وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ }
وقال مسلم في صحيحه: حدثنا أبو بكر بن أبي شيبة، حدثنا محمد بن عبد الله الأسدي، عن إسرائيل، عن المقدام بن شُرَيْح، عن أبيه، عن سعد -هو ابن أبي وقاص-قال: كنا مع النبي صلى الله عليه وسلم ستة نفر، فقال المشركون للنبي صلى الله عليه وسلم: اطرد هؤلاء لا يجترئون علينا!. قال: وكنت أنا وابن مسعود، ورجل من هذيل، وبلال ورجلان نسيت اسميهما فوقع في نفس رسول الله صلى الله عليه وسلم ما شاء الله أن يقع، فحدّث نفسه، فأنزل الله عز وجل: { وَلا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ } انفرد بإخراجه مسلم دون البخاري
Duduklah bersama hamba-hamba Allah yg berdzikir kepada Allah, bertahlil, bertahmid, bertasbih, dan bertakbir, serta berdoa kepada-Nya di pagi dan sore hari, baik mereka yg miskin maupun yg kaya, kuat, maupun lemah. Ada yg mengatakan bahwa ayat ni turun berkenaan dgn orang-orang terhormat dari kalangan kaum Quraisy, ketika mereka meminta kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam untk duduk sendiri saja bersama mereka dan tak mengajak para shahabatnya yg lemah, seperti Bilaal, ‘Ammaar, Shuhaib, Khabbaab, dan Ibnu Mas’uud. Mereka meminta supaya mereka diberi majelis khusus. Maka Allah melarang beliau memenuhi permintaan mereka itu, dimana Dia berfirman : ‘Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yg menyeru Rabb-nya pd pagi hari dan petang hari’ (QS. Al-An’am : 52). Allah menyuruh beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabar dlm duduk bersama mereka. Allah ta’ala berfirman : ‘Dan bersabarlah kamu bersama-sama dgn orang yg menyeru Rabbnya di pagi dan petang hari’. Muslim dlm Shahiih-nya berkata : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Abdillah Al-Asadiy, dari Israaiil, dari Al-Miqdaam bin Syuraih, dari ayahnya, dari Sa’d bin Abi Waqqaash, ia berkata : Kami enam orang pernah bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Lalu kaum musyrik berkata kepada Nabi, Usirlah mereka. Mereka tak akan berani melawan kami. Lebih lanjut Sa’ad berkata : Ketika itu aku bersama Ibnu Mas’ud serta seseorang dari Hudzail, Bilal, dan dua orang yg aku lupa namanya. Maka timbullah dlm diri Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam apa yg telah menjadi kehendak Allah, lalu beliau berbicara pd diri sendiri. Hingga akhirnya, Allah ‘azza wa jalla menurunkan firman-Nya : ‘Danjangnlah kamu mengusir orang-orang yg menyeru Rabbnya pd pagi hari dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridlaan-Nya’ (QS. Al-An’aam : 52) [Tafsiir Ibni Katsiir, 5/152]. Selain ayat di atas, diantara hadits yg menunjukkan keutamaan orang miskin adlh hadits yg diriwayatkan dari Haritsah bin Wahb radliyallahu ‘anhu, ia berkata : Aku mendengar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ ؟ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعِّفٍ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ، أَلَا أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ النَّارِ؟ كُلُّ عُتُلٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ
Maukah engkau aku beritahukan tentang penduduk surga? (yaitu) tiap (muslim) yg lemah dan diremehkan, seandainya dia bersumpah atas Allah niscaya Dia meluluskannya. Maukah engkau aku beritahukan tentang penduduk neraka? (yaitu) tiap orang yg keras, kasar, penumpuk harta, dan sombong [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 4918 & 6072 & 6657 dan Muslim no. 2853]. Dan hadits-hadits lain yg menunjukkan keutamaan orang miskin. Apakah keutamaan itu bersifat mutlak?? Jawabannya adlh tidak; karena kemiskinan pd hakikatnya merupakan ujian dan cobaan Allah di dunia, yg apabila seorang muslim bersabar atas ujian dan cobaan Allah tersebut, maka Allah memberinya keutamaan ganjaran dan pahala yg besar di akhirat kelak (dibandingkan dgn orang yg kaya). Jadi, keutamaan itu terkait dgn kesabaran dan keimanannya kepada Allah ta’ala, bukan pd dzat kemiskinan itu sendiri. Dan tak diragukan lagi bahwa kesabaran dan keimanan itu mempunyai keutamaan yg bersifat umum. Apabila dzat kemiskinan mempunyai keutamaan yg mutlak, tentu Allah akan menganjurkan kaum muslimin untk menjadi miskin yg kemudian disebutkan dlm ayat-ayat-Nya dan hadits Nabi-Nya shallallaahu ‘alaihi wasallam yg shahih. Justru yg ada, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam senantiasa berdoa agar dijauhkan dari kemiskinan dan kefaqiran, dan diantara doa yg sering beliau baca adalah:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، وَعَذَابِ الْقَبْرِ
Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran, kefaqiran, dan ‘adzaab kubur [Diriwayatkan oleh An-Nasaa’iy no. 1347 & 5465; shahih]. Allah ta’ala memerintahkan manusia bekerja dan mencari harta yg halal, sebagaimana firman-Nya :
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung [QS. Al-Jumu’ah : 10]. Ibnu Katsiir rahimahullah menjelaskan :
وقوله: { فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ } أي: فُرغ منها، { فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ } لَمَّا حَجَر عليهم في التصرف بعد النداء وأمرهم بالاجتماع، أذن لهم بعد الفراغ في الانتشار في الأرض والابتغاء من فضل الله. ...... وقوله: { وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ } أي: حال بيعكم وشرائكم، وأخذكم وعَطَائكم، اذكروا الله ذكرا كثيرا، ولا تشغلكم الدنيا عن الذي ينفعكم في الدار الآخرة
Makna firman Allah : ‘Apabila telah ditunaikan shalat’, yaitu : telah selesai mengerjakannya. ‘Maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah’. (Maksudnya), ketika Allah ta’ala melarang mereka berjual beli setelah mendengar suara adzan dan memerintahkan mereka untk berkumpul, maka Allah mengizinkan mereka setelah selesai menunaikan shalat untk bertebaran di muka bumi dan mencari karunia Allah ta’ala...... Dan firman Allah ta’ala : ‘dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung’; yaitu ketika kalian sedang berjual beli, dan pd saat kalian mengambil dan memberi, hendaklah kalian berdzikir kepada Allah sebanyak-banyaknya dan janganlah kesibukan dunia melupakan kalian dari hal-hal yg bermanfaat untk kehidupan akhirat [Tafsiir Ibni Katsiir, 8/122-123]. Juga firman Allah ta’ala :
لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَبْتَغُوا فَضْلا مِنْ رَبِّكُمْ فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ
Tidak ada dosa bagimu mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Rabb-mu. Maka apabila kamu telah bertolak dari ‘Arafah, berdzikirlah kepada Allah di Masy’aril Haram. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yg ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yg sesat [QS. Al-Baqarah : 198]. Orang-orang fakir, miskin, dan banyak hutang (al-ghaarimiin) termasuk dlm katagori delapan golongan yg berhak mendapatkan bagian dari zakat maal, sebagaimana firman Allah ta’ala :
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَاِبْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untk orang-orang fakir. Orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yg dibujuk hatinya, untk (memerdekakan) budak, orang-orang yg berhutan, untk jalan Allah, dan orang-orang yg sedang dlm perjalanan; sebagai sesuatu ketetapan yg diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana [QS. At-Taubah : 60]. Sebagaimana kita ketahui bersama, yg memberi tentu lebih utama lebih utama dari yg menerima/meminta / tangan di atas lebih mulia/utama daripada tangan di bawah. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :
الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى، وَالْيَدُ الْعُلْيَا الْمُنْفِقَةُ، وَالسُّفْلَى السَّائِلَةُ
Tangan di atas lebih baik daripada tangan yg di bawah, dan tangan di atas adlh tangan yg memberi dan tangan yg di bawah adlh tangan yg meminta [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1429, Muslim no. 1033, Abu Daawud no. 4947, dan yg lainnya]. Dan hal tersebut sejalan pula dgn firman Allah ta’ala :
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
Orang-orang yg menafkahkan hartanya di malam dan siang hari secara terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tak (pula) mereka berserah diri [QS. Al-Baqarah : 274]. Tentu saja, yg dapat/mampu memberi harta hanyalah orang yg mempunyai harta. Allah ta’ala tak pernah menyuruh kaum muslimin menjadi faqir dan miskin tak berharta, karena sebagian syari’at-Nya membutuhkan pengorbanan harta. Diantaranya : Allah ta’ala mewajibkan haji bagi kaum muslimin[1], dan bahkan menjadi salah satu rukun Islam[2]. Haji dan berbagai keutamaannya tentu hanya dpt diperoleh secara hakiki oleh orang yg berharta. Allah ta’ala juga telah mewajibkan zakat - bahkan perintah zakat ni sering sekali beriringan dgn perintah shalat[3] -, menganjurkan berinfaq[4], menyembelih hewan kurban[5], mengadakan aqiqah/nasikah pd hari ketujuh setelah kelahiran anak[6], dan yg semisalnya. Semua itu dilakukan oleh orang-orang yg berharta. Maka sungguh benarlah apa yg dikatakan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ مَعَ الرَّجُلِ الصَّالِحِ
Sebaik-baik harta yg baik adlh dimiliki oleh laki-laki yg shalih [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy dlm Al-Adabul-Mufrad no. 299, Ibnu Hibbaan no. 3210, dan yg lainnya; shahih]. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :
إِنَّكَ أَنْ تَدَعَ وَرَثَتَكَ أَغْنِيَاءَ خَيْرٌ مِنْ أَنْ تَدَعَهُمْ عَالَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ فِي أَيْدِيهِمْ
Sesungguhnya engkau meninggalkan ahli warismu dlm keadaan berkecukupan adlh lebih baik daripada engkau meninggalkan mereka dlm keadaan miskin lalu mengemis kepada manusia dgn menengadahkan tangan-tangan mereka [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 1296 & 2742 & 3936]. Hadits ni menunjukkan orang yg berkecukupan lebih utama daripada orang miskin tak berharta yg hidupnya menggantungkan uluran bantuan orang lain; karena dgn harta yg dimiliki ia dpt menjaga kehormatan diri dan agamanya. Orang kaya jika ia bersyukur / orang miskin yg ia bersabar, keduanya mempunyai kebaikan. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda saat mensifat keadaan seorang mukmin:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, semua urusannya baik; dan itu tak akan dimiliki kecuali oleh orang mukmin. Ketika ia mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Dan ketika ia mendapatkan musibah, ia bersabar, dan itu baik baginya [Diriwayatkan oleh Muslim no. 2999]. Ini saja yg dpt dituliskan, semoga ada manfaatnya.Wallaahu a’lam. [catatan 2006 - abul-jauzaa’]



[1] Allah ta’ala berfirman:
وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلا Mengerjakan haji adlh kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yg sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah [QS. Aali ‘Imraan : 97].[2] Dalam hadits disebutkan:
الإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ، وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ، وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًاIslam adlh engkau bersaksi bahwa tak ada Ilah yg berhak disembah selain Allah, dan bersaksi bahwa Muhammad adlh utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadlaan, dan mengerjakan haji bagi yg mampu [Diriwayatkan oleh Muslim no. 8].
[3] Allah ta’ala berfirman:
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَDan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yg rukuk’ [QS. Al-Baqarah : 43].
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ لا تَعْبُدُونَ إِلا اللَّهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israel (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yg baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat [QS. Al-Baqarah : 83].
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَمَا تُقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yg kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahalanya pd sisi Allah [QS. Al-Baqarah : 110].
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ قِيلَ لَهُمْ كُفُّوا أَيْدِيَكُمْ وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yg dikatakan kepada mereka: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat!" [QS. An-Nisaa’ : 77]. Dan yg lainnya.
[4] Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لا بَيْعٌ فِيهِ وَلا خُلَّةٌ وَلا شَفَاعَةٌHai orang-orang yg beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yg telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yg pd hari itu tak ada lagi jual beli dan tak ada lagi persahabatan yg akrab dan tak ada lagi syafa`at [QS. Al-Baqarah : 254].
وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لأنْفُسِكُمْ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan nafkahkanlah nafkah yg baik untk dirimu. Dan barang siapa yg dipelihara dari kekikiran dirinya maka mereka itulah orang-orang yg beruntung [QS. At-Taghaabun : 16].
وَمَا لَكُمْ أَلا تُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلِلَّهِ مِيرَاثُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
Dan mengapa kamu tak menafkahkan (sebagian hartamu) pd jalan Allah, padahal Allah-lah yg mempusakai (mempunyai) langit dan bumi? [QS. Al-Hadiid : 10].
[5] Allah ta’ala berfirman :
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ Maka dirikanlah shalat karena Rabb-mu dan berkurbanlah [QS. Al-Kautsar : 2].
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الأنْعَامِ
Dan bagi tiap umat, Kami telah mensyari’atkan penyembelihan (kurban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yg telah direzekikan oleh Allah kepada mereka [QS. Al-Hajj : 34].
[6] Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ غُلَامٍ رَهِينَةٌ بِعَقِيقَتِهِ تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ وَيُحْلَقُ وَيُسَمَّى Setiap anak tergadai dgn ’aqiqahnya yg disembelih pd hari ketujuh dari kelahirannya, dicukur (rambutnya), dan diberi nama [Diriwayatkan oleh Abu Dawud no. 2837-2838, At-Tirmidziy no. 1522. An-Nasaa’iy no. 4220, Ibnu Majah no. 3165, dan yg lainnya; shahih].


Artikel terkait: a. Doa : Hidupkanlah Aku dlm Keadaan Miskin..... (Dla’iif). b. Bekerja. c. Harta Dan Kekayaan dlm Al-Quran Al-Kariim. d. Larangan Berlomba-Lomba dlm Urusan Dunia.

other source : http://flickr.com, http://tribunnews.com, http://abul-jauzaa.blogspot.com


0 Response to "Keutamaan Miskin"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *