This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

[Kehutanan] Pengertian Pemanfaatan Ruang Agroforestri

baca98.blogspot.com - Dalam sistem Agroforestri, ruang dikelompokan dlm dua bagian yaitu ruang vertikal dan ruang horisontal. Ruang vertikal merupakan pemanfaatan ruang dlm hal ketinggian sedangkan ruang horisonta merupakan pemanfaatan ruang dlm hal yg lebih terfokus pd dataran. Dengan demikian membuat suatu manajemen sistem agroforestri lebih terarah dlm aplikasinya sesuai dgn jenis tanaman yg akan di budidayakan. Pola vertikal dan horisontal mempermudah kita dlm menganalisis masalah anggaran dlm pelaksanaan pembudidayaan.

Pengertian Pemanfaatan Ruang AgroforestriSumber Gambar : irwantoforester.wordpress.com
Menurut Hayami dan Ruttan (1971) struktur tanaman diartikan sebagai susunan tanaman yg mengisi suatu lahan balk ruangan vertikal maupun ruangan horisontal. Karyono (1980) jg mengatakan bahwa struktur lahan di daerah pantai berbeda dgn di daerah pegunungan, demikian pula susunan vegetasi di kota berlainan dgn di daerah pedesaan. Umumnya struktur vegetasi lahan terutama pekarangan di pedesaan mempunyai keanekaragaman tanaman yg besar, yg terdiri atas berbagai spesies tanaman semusim dan tahunan, mulai dan tanaman yg tumbuh menjalar diatas permukaan tanah sampai dgn tanaman yg mempunyai tinggi lebih besar dan 20 meter.

Sedangkan menurut Marsono (1977), struktur vegetasi secara umum meliputi:

1. Susunan strata 2. Penutupan tajuk I strata (coverage) 3. Pola horisontal (horizontale pattern) 4. Pemanfaatan ruang suatu lahan adlh sebuah usaha untk mengoptimalkan RV dan RH, dgn berbagai jenis tanaman (vegetasi) baik tanaman pertanian, kehutanan, perkebunan, tanaman obat dan jenis lainnya. Semakin beragam tanaman, semakin kaya ruang suatu lahan akan diversitas produk. Kepandaian kita mengatur space / jarak tanam membuat kompetisi memperebutkan nutrisi (unsur hara), cahaya matahari semakin berkurang. Interaksi antara tanaman dlm sistem agroforestri melahirkan dinamika ruang yg terus berkembang dan hari ke hari. Dinamika ruang akan memberikan konsekuensi pd penangkapan dan pemanfaatan sumberdaya (resources sharing). Pendekatan sederhana dlm memahami sistem berbagi sumberdaya salah satunya dpt dilakukan melalui kajian dinamika tajuk. Dalam hal ni pertemuan tajuk berhubungan dgn kemampuan tanaman dlm berinteraksi dgn tanaman lain (pohon tetangga). Skor tinggi nilai pertemuan tajuk menunjukkan bahwa antar tanaman tersebut mempunyai kemampuan untk berbagi sumberdaya yg semakin tinggi akan tetapi hal ni jg menunjukkan nilai kompetisi yg tinggi pula (Suryanto dan Wardhana, 2004). Kreb (1978), membuat klasifikasi tumbuhan berdasarkan bentuk pertumbuhan kedalam tiga klasifikasi. Kriteria yg menjadi dasar pengelompokan adlh tinggi tumbuhan. Adapun 3 kelompok tumbuhan itu adalah:
1. Pohon, yaitu tumbuhan berkayu besar, pd umumnya mempunyai tinggi lebih dan 3 meter. 2. Semak, yaitu tumbuhan berkayu yg pd umumnya berketinggian kurang dan 3 meter. 3. Herba, yaitu tumbuhan yg tanpa berkayu diatas tanah. Herba dibagi kedalam 3 kelompok yaitu Frens (paku-pakuan), Graminoids (rumput-rumputan) dan Farbs (herba selain pakup akuan dan rumput-rumputan). Pengetahuan tentang batas ketinggian ni berguna dlm pembuatan pola tanaman. Penataan berdasarkan ketinggian pohon ni dimaksudkan untk mengurangi perebutan sumberdaya.
Fungsi Pekarangan dlm Agroforestri
Pekarangan berasal dan kata karang yg berarti kumpulan pohon—pohon. Banyak istilah yg diberikan untk pekarangan dan tergantung dan daerahnya. Hal mi tak hanya terjadi di Indonesia saja, melainkan jg di mancanegara. Pada prinsipnya pekarangan merupakan salah satu bentuk usaha tani (Sumiasri & Rahayu, 1990). Di Indonesia, pekarangan antara lain jg disebut Karang kitri (Jawa), Buruan (Sunda), Kinta (Timor), sedangkan di luar negeri disebut Homegardens (Filipina dan Kepulauan Pasifik), Compound gardens (India), Kandy garden (Sri Lanka), Compound farm (Nigeria), sedangkan di Kilimanjaro (Kenya) disebut Chagga (Fernandez & Nair, 1986).
Menurut Karyono (1980), Pekarangan adlh sebidang tanah sekitar rumah yg mempunyai batas tertentu yg ditanami dgn satu / berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan fungsional dgn rumah yg bersangkutan. Simon (1988) mendefinisikan pekarangan sebagai lahan di sekeliling rumah yg ditanami berbagai jenis tanaman termasuk pohon (tanaman keras). Sedangkan menurut Soemarwoto (1989), pekarangan adlh sebidang lahan dgn batas-batas tertentu, ada bangunan tempat tinggal di atasnya dan umumnya ditanami dgn berbagai jenis tumbuhan. Di pekarangan sering jg dipelihara unggas, ternak, dan ikan.
Soemarwoto (1989), membagi fungsi pekarangan menjadi 7 yaitu:
1. Pekarangan menghasilkan bahan makanan tambahan berupa a) Karbohidrat (jagung dan bermacam-macam umbi) b) Sayuran dan buah-buahan, diantaranya ada yang mengandung protein, lemak, vitamin A, vitamin Bi, vitamin B2, garam-garam Ca, Mg, Fe, dan serat-serat 2. Berlawanan dgn sawah / tegal, pekarangan menghasilkan hampir tiap han, sehingga mengakibatkan adanya sesuatu yg dpt dijual ke pasar dgn demikian adanya suatu sumber pendapatan uang meskipun tak besar. 3. Pekarangan menghasilkan bumbu-bumbu, rempah-rempah. obat-obatan, ramuan dan bunga. 4. Pekarangan menghasilkan bahan bangunan terutama bambu yg banyak terdapat di tepi pekarangan 5. Pekarangan menghasilkan kayu bakar yg berasal dan cabang-cabang kering pohon-pohonan di pekarangan, maupun dan pohon-pohon yg sengaja ditanam untk itu (misalnya:turi) 6. Pekarangan menghasilkan bahan dasar untk kerajinan rumah, misalnya serat-serat untk barang anyaman. 7. Ternak dan ikan yg dipelihara di pekarangan di samping memberikan bahan makanan protein, bersama-sama dgn bahan organik yg berasal dan tanaman pekarangan memelihara kesuburan tanah pekarangan dan terhindar pula dan erosi dan proses perusak lainnya.
Djuwadi (1998), menguraikan fungsi pekarangan menjadi 8 fungsi yg secara substansial hampir sama dgn fungsi pekarangan yg disampaikan Soemarwoto (1989) Adapun fungsi pekarangan menurut Djuwadi (1998) adlh sebagai berikut:
1. Untuk memproduksi makanan tambahan yg mengandung karbohidrat dan sayur- mayur yg mengandung protein, vitamin. gula, nutrisi dan lain-lain. 2. Untuk memproduksi obat—obatan tradisional. 3. Untuk memproduksi kayu khususnya kayu untk bahan bangunan. 4. Untuk memproduksi bambu dan bahan mentah untk mebel, alat rumah tangga dan lain - lain. 5. Untuk memproduksi pupuk kompos. 6. Untuk memproduksi daging, telur, ikan dan lain-lain. 7. Untuk memproduksi kayu bakar dan arang. 8. Untuk menstabilkan kondisi lingkungan, rekreasi, dan pendidikan.
Sedangkan menurut Karyono (1980), pekarangan memiliki 6 fungsi antara lain:
1. Fungsi sosial ekonomi
Mempunyai peranan sebagai sumber tambahan kebutuhan sehari-hari yg cukup memadai. 2. Fungsi sosial budaya
Pekarangan sering dijadikan simbol status. Orang yg tak mempunyai pekarangan sering dikatakan mempunyai status lebih rendah terutama daerah Sunda. 3. Fungsi pendidikan.
Sebagai tempat bermain untk anak-anak dan belajar mengenal alam lingkungannya. 4. Fungsi Produksi. a) Fungsi produksi subsisten, umumnya diperoleh dan tanaman pangan, sayuran dan bumbu masak. b) Fungsi produksi komersial, umumnya didapatkan dan tanaman keras untk bahan bangunan dan kayu bakar. 5. Fungsi peningkatan gizi.
Banyak tanaman di pekarangan mempunyai kandungan protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yg tinggi untk peningkatan gizi keluarga petani. 6. Perlindungan terhadap tanah dan air.
Membentuk stratifikasi tajuk yg dpt menahan hempasan air hujan sehingga dpt melindungi tanah.
Buku Referensi :
Mahendra, F. 2009 . Sistem Agroforestri dan Aplikasinya. Graha Ilmu . yogyakarta.



0 Response to "[Kehutanan] Pengertian Pemanfaatan Ruang Agroforestri"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *