Putut Tri Husodo, Wapimred SCTV |
Putut Tri Husodo: Saya Gabung Civic-Islam Karena Mendapat Hidayah
Wakil Pemimpin Redaksi Surya Citra Televisi (SCTV) Putut Tri Husodo mengaku dirinya aktif terlibat pd kegiatan Civic-Islam karena merasa mendapat hidayah. “Saya gabung Civic-Islam karena mendapat hidayah,” ujarnya disambut tawa teman-temannya. Hidayah berarti petunjuk, dan civic-Islam sebagai gerakan Civil-Society baru di Indonesia dlm pandangan Putut merupakan petunjuk / kompas yg diperlukan untk Indonesia. Ketika baru beberapa bulan Civic-Islam bersentuhan dgn media sosial dan media online, Putut mengendus informasi tersebut. Karena kenal dgn beberapa teman pegiat Civic-Islam ia pun langsung menghubungi Faiz Manshur dan kemudian bertemu dgn Asep Salahudin dan rekan lamanya AE Priyono di kantor Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Pejaten Jakarta Selatan. Setelah itu ia pun aktif berdiskusi lanjutan seputar gerakan berhaluan republikan ini. Bahkan pd Kamis, 2 April 2015 mantan Wapimred Gatra dan Mantan Wartawan Majalah Tempo ni menjadi narasumber diskusi bertema ISIS: Pemberitaan dan Ideologisasi di Kantor Penerbit Nuansa Cendekia Bandung. Petunjuk yg dimaksud oleh Putut bukan petunjuk langit yg mistik melainkan petunjuk konkret. Civic-Islam dlm pandangan Putut diperlukan karena mengurus pencerahan dan pemberdayaan pemikiran. Dalam pandangannya, radikalisme tak sekadar urusan frustasi sosial, melainkan jg karena memang ada akar pemikiran dan ideologi pd masyarakat tertentu sehingga kelompok gerakan sipil seperti Civic-Islam ni punya tanggungjawab melakukan pencerahan pemikiran. “Dan untk saat ni untk urusan pencerahan Islam tak bisa menyerahkan kepada jenis Islam liberal / yg terkait dgn Syiah sebagai garda depan pencerahan karena akan mudah distigmatisasi sebagai kafir. Bahkan yg bukan kaum salafi pun kalau urusannya dgn Liberalisme dan Syiah pasti akan ikut-ikutan melakukan takfiri, ” jelasnya. Yang kedua, Putut melihat bahwa maraknya radikalisme sudah menjadi tanggungjawab semua pihak. “Kalau urusan frustasi sosial semata itu memang tanggungjawab pemerintah karena negara punya kewajiban untk menyejahterakan rakyatnya. Tapi kalau dampaknya sudah masuk ke wilayah publik dgn kekerasan dan lain sebagainya, tentu sudah menjadi tanggungjawab semua pihak. Sebab kita semua harus sadar kalau eskalasi gerakan radikal ni meluas bisa menimbulkan kerugian bagi semua pihak. Di situlah pentingnya agenda gerakan pencerahan, pemberdayaan dan seterusnya dari civic-Islam dgn arah tujuan Islam yg rahmatan lil alamin,” sarannnya.Keterbukaan Gerakan Civic-Islam
Pada tataran yg lebih konkret, Putut menyarankan bahwa gerakan Civic-Islam ni menjadi gerakan yg terbuka. “Gerakan itu harus diengineering, direkayasa dan didorong. Karena untk kemaslahatan orang banyak, tak perlu jadi gerakan tertutup. Harus open. Yang penting kita harus menjelaskan secara tegas dasar pemikiran dan arahnya bahwa apa yg dilakukan Civic-Islam itu rahmatan lil alamin, anti kekerasan, tak pro dgn pemaksaan, tak mengklaim kebenaran pd diri sendiri, dan berjejaring secara luas, terutama bersama dua organisasi yg selama ni posisi dan arahnya sudah tepat mengawal republik Indonesia, yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah,” jelasnya.Putut melanjutkan, keterlibatan civic-Islam di ruang sosial kemasyarakatan Indonesia perlu lebih menekankan Islam yg substansial, bukan Islam simbolis dan yg lebih penting lagi memberi manfaat sosial. “Misalnya itu banyak makanan dgn borak (bahan kimia-editor). Nah, Islam mesti bicara tentang itu. Harus dikampanyekan tentang tanggungjawab moral dan sosial dlm urusan bahan pengawet. Ini menyangkut masalah kemanusiaan,” jelasnya.-Mudris Civis Islam
source : http://okezone.com, http://hipwee.com, http://civicislam.blogspot.com
0 Response to "Putut Tri Husodo: Saya Gabung Civic-Islam Karena Mendapat Hidayah"
Post a Comment