Dr. Facry Ali (Kanan) dan Eman Suryaman (ketua PWNU Jabar) kiri. |
Bandung,NU Online
Pakar politik Indonesia, Dr Fachri Ali mengatakan, partai-partai Islam / kelompok Islam yg memainkan politik gagal karena belum memiliki basis material yg kuat untk eksistensinya. Menurut Fachry Ali, syarat untk menjadi kelompok yg kuat dan memperjuangkan warga itu tak cukup diukur dari kelasnya melainkan jg harus dilihat basis materialnya.
"Jika kita ingin bertanya apakah ada masa depan politik di Indonesia dari kelompok muslim, maka perlu dipertanyakan dulu adakah basis material pd kelas borjuasi muslim ini?" paparnya.
Fachry berbicara tentang hubungan politik Islam, ideologi, tradisi NU dan Muhammadiyah di hadapan puluhan peserta Seminar Civic Islam untk Politik Indonesia di Kantor Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat, Kamis (21/5).
Terkait dgn penjelasan kaum borjuasi tersebut, Fachry memperjelas bahwa transformasi sosial kehidupan masyarakat itu memang berada di tangan kaum borjuasi. Tetapi jika borjuasi tersebut tak memiliki basis material, maka ia akan selalu kalah dlm pertarungan politik.
"Yang saya maksud dgn borjuasi itu sepanjang kuku tangan kita bersih. Kaum petani tentu tak bisa berbuat banyak karena siang-siang begini masih di sawah. Dan ciri-ciri borjuasi salah satunya adlh sanggup membuang-buang waktu untk diskusi seperti ini," ujarnya disambut tawa hadirin.
Fachry melihat bahwa memang demokrasi di Indonesia harus berorientasi kepada perjuangan warga. Dan Civic-Islam menurut Fachry adlh sebuah langkah terobosan karena partai Islam tak hanya gagal sebagai partai politik, melainkan jg gagal total sebagai model perjuangan warga.
"Apa yg saya baca dari Civic-Islam yg dikembangkan oleh Faiz Manshur, AE Priyono, Budhiana, Asep Salahudin dan kawan-kawan ni adlh upaya untk membuat terobosan melampui konvensionalitas gerakan muslim dari partai politik konvensional yg telah gagal," paparnya.
Kekuatan Civic-Islam ni harus belajar dari KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yg mampu memainkan peranan kultural untk memobilisasi massa. Sebagai pembelajaran, ada pula pengalaman dari Projo, / yg disebut kelompok Pro-Jokowi.
"Projo itu mungkin bisa saya sebut sebagai Civic-Club karena kekuatan mobilisasi massa mampu mengalahkan penguasa partai dan pemilik televisi dlm merebut kekuasaan," jelasnya.
Karena itu soal civic-Islam ke depan harus mampu membuktikan gerakannya dlm kekuatan mobilisasi kelas menengah jika ingin memainkan pergerakan ni sebagai penguat civic.
(Yus Makmun/Mahbib)
Sumber http://nu.or.id/
0 Response to "Basis Material Lemah, Politik Islam Selalu Kalah"
Post a Comment