This site uses cookies from Google to deliver its services, to personalize ads and to analyze traffic. Information about your use of this site is shared with Google. By using this site, you agree to its use of cookies. Learn More

Catatan Diskusi Civic-Islam dan Republikanisme di UIN SGD Bandung

Catatan Diskusi Civic-Islam dan Republikanisme di UIN SGD Bandung
ISLAM GAGAL BERNEGARA KARENA TAK PUNYA IMAJINASI MASYARAKAT-SIPIL
Kegagalan Islam-Politik disebabkan oleh ketidakberesan hubungan warga dgn negara. Indonesia yg dipenuhi warga religius muslim mengalami kemerosotan karena tak mampu membawa Islam sebagai rahmat. Banyak gagasan brilian dari para intelektual tak berjalan di masyarakat. Justru yg sekarang makin marak adlh gerakan Islam-Politik fundamentalisme yg tak berperadaban. Gerakan radikal Islam misalnya, anti demokrasi, anti kemanusiaan dan berperilaku seperti orang jahiliyah. Banyak kader muslim yg mampu berkuasa tetapi terjebak dlm kejahatan politik. Akibatnya para politisi, termasuk politisi muslim, sekarang terpisah, bahkan menjadi musuh warga. Demikian pula banyak kelas menengah muslim cenderung eskapis, anti-sosial dan hidup menjadi korban konsumerisme dari kapitalisme.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Faiz Manshur, salahsatu penggagas gerakan Civic-Islam dari Penerbit Nuansa Cendekia Bandung. Ia menyampaikannya dlm sebuah acara diskusi bertajuk “Civic-Islam dan Republikanisme” di Aula UIN Sunan Gunung Jati Bandung, Jumat, 6 Maret 2015. “Kalau Nasrani misalnya punya imajinasi dgn padangan etika-protestan yg dijadikan pedoman hidup umatnya, Yahudi punya imajinasi tentang bangsa yg unggul yg jg dioperasikan secara bawah sadar oleh pemeluknya, Islam tak punya hal semacam itu. Kita memang punya istilah “ummah”, tetapi itu bukan imajiasi melainkan sebatas kategori,” katanya. Faiz melanjutkan, pengertian ummah seperti itu hanya berfungsi untk memberi predikat / status. Sebagai contohnya untk menyebut kategori umat Islam, umat Kristen, umat Yahudi, umat beragama, dan umat jenis-jenis lain. Adapun tentang imajiasi “Islam unggul tiada yg akan menggunguli” selama ni tak pernah dideskripsikan secara jelas dgn tindakan kolektif kemasyarakatan / keummatan dan slogan itu lebih bersifat umum, bukan ide kemasyarakatan. Itulah mengapa sejumlah peneliti yg kritis terhadap kegagalan Islam-politik semacam Oliver Roy memperlihatkan kebenaran ilmiahnya tentang gagalnya Islam-Politik. Menurut Faiz Manshur, baik imajinasi kemasyarakatan dari Yahudi maupun Kristen memang tak selamanya bagus sebagai pilar kehidupan bermasyarakat. Tetapi dgn adanya imajinasi itu paling tak ada etos hidup / elan-vital yg progresif. “Kalau yg punya saja masih memiliki problem, maka yg tak punya tentu lebih problematis,” terangnya. Dalam pandangan Faiz, kajian kewargaan civic-Islam ni menjadi penting karena Islam hanya sebatas memiliki idealitas pd entitas keluarga dgn imajinasi idealitas berupa sakinah ma wadah wa rahmah, kemudian langsung melompat ke daulah Islamiyah. Adapun idealitas tentang imajinasi ke-ummatan- tak pernah digeluti secara serius. “Dalam tataran kewargaan sosial, gerakan umat Islam selama ni lebih banyak didorong oleh spirit nilai-nilai lokal masyarakat setempat, dan karena itulah agenda penting sekarang, umat Islam perlu fokus pd penguatan gerakan sosial kewargaan dgn rumus-rumus Civic-Islam agar Islam bisa berkontribusi pd pembangunan peradaban. Sebab, mau apapun bentuk negaranya, sebaik apapun sistem di dalamnya tujuan kewargaan adlh utama. Kalau kewargaan tak kokoh, bisa runtuh bangunan negara-nya. Koruptor-koruptor itu jg lahir dari umat, tapi karena tak memiliki kejelasan pandangan dlm kebaikan berwarga, mereka lantas menjadi musuh warga,” jelasnya. Tujuan membangun imajinasi itu sangat penting mengingat dlm kehidupan manusia imajinasi merupakan bagian penentu gerak dan arah hidup. “Imajinasi itu bagian dari kemampuan memfungsikan akalbudi manusia tentang “sesuatu yg tak hadir untk diharapkan kehadiran”-nya. Masyarakat manusia selalu dekat dgn dunia batin religius, karena itu lekat dgn imajinasi. Kalau bayangan tentang surga-neraka semua punya, tetapi bayangan tentang masyarakat ideal tak semua punya. Untuk mencapai idealitas dlm bernegara dgn Baldatul toyibatun wa rabbun ghafur jg mesti dihadirkan secara konkret bentuk konsep tahapan demi tahapan dan itu semua tahapannya harus berpijak pd umat, kemasyarakatan / kewargaan,” paparnya. Faiz Manshur menyarankan agar generasi muslim mahasiswa dlm berangan-angan, / ber-tashawur harus punya perangkat jelas untk merumuskan masyarakat ideal dgn kewargaan ideal agar nantti bangunan politik kenegaraannya punya kejelasan. ”Jadi saya kira civic-Islam secara konsepsi akan menjadi bagian penting masa kini dan masa depan di Indonesia. Dan ni kesempatan kita sekarang melakukan pembaharuan secara konkret dgn pemikiran dan aksi sosial,” pungkasnya. -Alfian Yahya.
SUMBER- Katakini.com

0 Response to "Catatan Diskusi Civic-Islam dan Republikanisme di UIN SGD Bandung"

Post a Comment

Contact

Name

Email *

Message *